Cintakah kau pada nabimu? Pertanyaan ini menghampiriku beberapa tahun
silam. Bibirku mengucapkan, iya. Namun perbuatan dan hatiku tidak menunjukkan
demikian. Siapa idolamu? Meluncurlah naman Rasulullah SAW, dari lisanku.
Nanmun, ketika ditanya apa yang membuatku mengidolakannya, aku hanya mampu
menjawab “ Karena Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang mengenalkan
manusia kepada penciptanya.”
Saat itu, aku hanya tahu siapa Nabi Muhammad dari buku-buku aganma
disekolah. Hanya mendengar sambil lalu saja kisah yang terus berulang mengenai
Nabi Muhammad SAW. Beliau Nabiku, oleh karena itu aku cinta.Titik
Ternyata….. aku membohongi diriku sendiri. Apa yang kukatakan
benar-benar senmu dan klise. Aku menipun diriku sendiri dan dengan entengnya
mengucap kata cinta. Kala itu, aku tak pernah merasa rindu kepada Rasulullah
SAW. Bibirku memang sering memanjatkann shalawat tapi tak pernah ada rasanya
dihati ini. Ternyata….. Cinta mudah di ucapkan karena lidah tak bertulang. Aku
mengaku cinta, padahal aku sedikit sekali mengenal Rasulullah SAW. Mengaku
cinta, tapi gaya hidup jauh dari contoh-contoh yang Rasulullah SAW berikan.
Lalu, pantaskah aku berkata aku mencintainya?
Aku telah berdusta.
Cinta hadir karena adanya pengetahuan. Semakin dalam pengetahuan
terhadap sesuatu, semakin kuatlah cinta itu. maka, sejak hari itu, hari ketika
aku menydari bahwa diriku telah berdusta, aku mulai berusaha dengan berbnagai
cara untuk mengenalnya lebih dekat, meski terpisah ratusan abad! Aku ingin
cintaku kepadanya tumbuh, mengalir indah, hingga aku bisa menikmatinya sebagai
rindu kepada kemuliaan sifatnya. Sungguh, saat itu, aku belum merasakan cinta
kepada beliau.
Kubeli berbagai macam buku mengenai kisah Nabi Muhammad SAW. Kupacu
diriku untuk terus-menerus mengenal beliau agar cinta ini tumbuh dihatiku.
Akucoba membolak balik terjemahan Al-Quran, menonton film yang menceritakan
perjuangan beliau dan merintih kepada Allah sambil berbisik …aku belum merasakan cinta kepadamya. Aku
belum merasakan cinta kepadanya….
Hari-hari berjalan, akupun berusaha
menumbuhkan cinta dari waktu ke waktu. Berusaha untuk terus mengenal sosoknya.
Abu Bakar, ketika beru sadar dari pingsanya, pertanyaan yang pertama
yang keluar dari mulutnya adalah “ Bagaimana keadaan Rasulullah?” padahal saat
itu keadaannya sendiri sudah hampir mati dan darah terus mengucur dari
hidungnya karena di aniaya kaum musyrikin.
Khubaib Ibnu Adi yang ketika itu ditangkap oleh kafir quraisy dan hendak
dibunuh, ketika diajukan pertanyaan, “Sukakah kamu jika Muhammad menggantikan
posisimu ditempat ini, sedangkan kamu duduk kamu duduk bersama keluargamu
dengan selamat?” Khubaib menjawab, “ Demi Allah, aku tidak suka jika Muhammad
terkena duru di tempatnya sekarang ini, sementara aku duduk santai bersama
keluargaku.” Ia pun dibunuh setelah sebelumnya menjalankan shalat dua rakaat.
Tak berbeda dengan jawaban Zaid ibn Dutsnah yang memiliki kisah serupa
Khubai Ibn Adi. Ditengah berkecamuknya perang uhud dan tersebar desas-desus Nabi
Muhammad telah terbunuh, seorang wanita berlari memasuki kancah peperangan dan
mencari-cari Rasulullah SAW. Ia melihat saudaranya telah menjadi mayat. Begitu
ia tahu Rasulullah SAW masih hidup, wanita itu berkata “ Demi Allah wahai
Rasulullah, aku tidak akan memedulikan
(apapun yang menimpa diriku ) selama engkau selamat”.
Menjelang wafat, dalam keadaan yang sekarat, Rasulullah SAW mengumpulkan
para sahabat dan keluarganya. Semua menangis sedih melihat keadaan rasulullah.
Beliau lalu bertanya dengan suara lemah “ Ada kah diantara kalian yang pernah
aku sakiti?” tak ada yang menjawab. Rasulullah SAW bertanya lagi hingga ketiga
kalinya. Seorang laki-lakipun berdiri menuju Nabi, beliau lah Ukasyah Ibn
Muhsin. “Ya Rasul Allah dulu aku pernah bersamamu di perang badar. Untaku dan
untamu berdampingan, saat itu engkau melecutkan cambuk kepada untamu agar dapat
berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung sampingku.”
Ucap Ukasyah.
Semua yang ada di ruangan itu kaget, tega sekali Ukasyah berkata seperti
itu saat Rasulullah SAW dalam keadaan
sekarat. Semua air mata sahabat yang ada disitu mengalir deras. Rasulullah SAW
lalu menyuruh Bilal mengambil cambuk dirumah puterinya Fatimah. Bilal tampak begitu
berat menunaikan perintah Nabi itu, ia tak ingin cambuk yang dibawanya melecut
tubuh sang kekasih. Namun bilal juga tak berani melawan perintah Nabi. Segera
setelah sampai, cambuk diberikan kepada nabidan dengan cepat pula cambuk
berpindah ketangan Ukasyah. Masjid seketika dipenuhi gemuruh suara para
sahabat.
Tiba-tiba dibarisan terdepan maju
sosok berwajah sendu dan berjanggut basah oleh air mata. Abu bakar, dan sosok pemberani yang ditakuti
para musuhnya dimedan pertempuran, Umar Ibn Khattab. Mereka berkata. “ Hai
Ukasyah, pukullah kami berdua! Sesukamu. Pilihlah bagian mana yang kau
inginkan. Qisas lah kami.”
Mungkin saat itu Umar meraba pedangnya. Seandainya saja, diizinkan
akan aku penggal kepala orang yang menyakiti Rasulullah.
akan aku penggal kepala orang yang menyakiti Rasulullah.
Rasulullah menahan dua sahabatnya.
Berkata sang pemimpin yang dicintai
ini : “Duhai sahabatku, Duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui
kedudukan kamu berdua!”
ini : “Duhai sahabatku, Duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui
kedudukan kamu berdua!”
Kemudian berdiri pula Ali bin Abi
Tholib sambil berkata. Kali ini
lebih garang dari sahabat Abu Bakar : ” Hai Ukasyah! Aku ini sekarang
masih hidup di hadapan Nabi s.a.w. Aku tidak sampai hati melihat kalau
engkau akan mengambil kesempatan qishas memukul Rasulullah. Inilah
punggungku, maka qishaslah aku dengan tangnmu dan deralah aky dengan
tangn engkau sendiri!”
Ali tampil ke muka. Memberikan punggungnya dan jiwa serta cintanya
buat orang yang dicintainya. Subhanallah… ia tak rela sang Rasul
disakiti. Ia merelakan berkorban nyawa untuk sang pemimpin.
lebih garang dari sahabat Abu Bakar : ” Hai Ukasyah! Aku ini sekarang
masih hidup di hadapan Nabi s.a.w. Aku tidak sampai hati melihat kalau
engkau akan mengambil kesempatan qishas memukul Rasulullah. Inilah
punggungku, maka qishaslah aku dengan tangnmu dan deralah aky dengan
tangn engkau sendiri!”
Ali tampil ke muka. Memberikan punggungnya dan jiwa serta cintanya
buat orang yang dicintainya. Subhanallah… ia tak rela sang Rasul
disakiti. Ia merelakan berkorban nyawa untuk sang pemimpin.
Nabi pun menahan. ” Allah swt telah
tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali !”
Ali surut, bergantianlah kemudian
tampil dua kakak beradik, Hasan dan
Husein. ” Hai Ukasyah ! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami
berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan qishaslah kami dan itu
berarti sama juga dengan mengqishas Rasulullah sendiri !”
Husein. ” Hai Ukasyah ! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami
berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan qishaslah kami dan itu
berarti sama juga dengan mengqishas Rasulullah sendiri !”
Tetapi Rasulullah menegur pula kedua
cucunya itu dengan berkata
“Duduklah kalian berdua, duhai penyejuk mataku!”
“Duduklah kalian berdua, duhai penyejuk mataku!”
Dan akhirnya Nabi berkata : “Hai
‘Ukasyah ! pukullah aku jika engkau
berhasrat mengambil qishas!”
berhasrat mengambil qishas!”
“Ya Rasul Allah ! sewaktu engkau
memukul aku dulu, kebetulan aku
sedang tidak lekat kain di badanku” Kata Ukasyah. kembali suasana
semakin panas dan tegang. Semua orang berpikir, apa maunya si Ukasyah
ini. Sudah berniat mencambuk Rasul, ia malah meminta Rasul membuka
baju. “Kurang ajar sekali si Ukasyah ini. Apa maunya ini orang…”
sedang tidak lekat kain di badanku” Kata Ukasyah. kembali suasana
semakin panas dan tegang. Semua orang berpikir, apa maunya si Ukasyah
ini. Sudah berniat mencambuk Rasul, ia malah meminta Rasul membuka
baju. “Kurang ajar sekali si Ukasyah ini. Apa maunya ini orang…”
Tanpa bicara….
Tanpa kata…
Rasulullah membuka bajunya.
Semua yang hadir menahan napas…
Banyak yang berteriak sambil menangis…
Tak terkecuali…. Termasuk Ukasyah…
Ada yang tertahan di dadanya. Ia segera maju melangkah, melepas cambuknya dan…
Tanpa kata…
Rasulullah membuka bajunya.
Semua yang hadir menahan napas…
Banyak yang berteriak sambil menangis…
Tak terkecuali…. Termasuk Ukasyah…
Ada yang tertahan di dadanya. Ia segera maju melangkah, melepas cambuknya dan…
Kejadian selanjutnya tatkala
‘Ukasyah melihat putih tubuh Rasulullah
dan tanda kenabian di punggungnya, ia segera mendekap tubuh Nabi
sepuas-puasnya sambil berkata : “Tebusanmu adalah Rohku ya Rasulallah,
siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan
mengqishas engkau ya Rasul Allah ? Saya sengaja berbuat demikian
hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh
engkau yang mulia, dan agar supaya Allah swt dengan kehormatan engkau
dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”
dan tanda kenabian di punggungnya, ia segera mendekap tubuh Nabi
sepuas-puasnya sambil berkata : “Tebusanmu adalah Rohku ya Rasulallah,
siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan
mengqishas engkau ya Rasul Allah ? Saya sengaja berbuat demikian
hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh
engkau yang mulia, dan agar supaya Allah swt dengan kehormatan engkau
dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”
Akhirnya berkatalah Nabi saw
“Ketahuilah wahai para sahabat ! barang
siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada
pribadi laki-laki ini!”
siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada
pribadi laki-laki ini!”
Lantas bangkit berdirilah kaum
Muslimin beramai-ramai mencium ‘Ukasyah
di antara kedua matanya. Rasa curiga berubah cinta. Buruk sangka
berubah bangga. Berkatalah mereka : “Berbahagialah engkau yang telah
mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah s.a.w di
surga kelak!”
di antara kedua matanya. Rasa curiga berubah cinta. Buruk sangka
berubah bangga. Berkatalah mereka : “Berbahagialah engkau yang telah
mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah s.a.w di
surga kelak!”
Betapa cintanya mereka dengan
Rasulullah, maka dengan alasan apalagi aku mengatakan untuk tidak
mencintainya?? Sungguh akan kupupuk rasa cintaku untuknya…
Ya Allah! Demi kemuliaan dan
kebesaran Engkau mudahkan jugalah bagi
kami mendapatkan syafa’atnya Rasulullah s.a.w di kampung akhirat yang
abadi ! Amien ! Mau’izhatul Hasanah
kami mendapatkan syafa’atnya Rasulullah s.a.w di kampung akhirat yang
abadi ! Amien ! Mau’izhatul Hasanah
‘Pernik cinta OSD’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar