Senin, 12 Januari 2015

“Cinta Rasulullah”



      Cintakah kau pada nabimu? Pertanyaan ini menghampiriku beberapa tahun silam. Bibirku mengucapkan, iya. Namun perbuatan dan hatiku tidak menunjukkan demikian. Siapa idolamu? Meluncurlah naman Rasulullah SAW, dari lisanku. Nanmun, ketika ditanya apa yang membuatku mengidolakannya, aku hanya mampu menjawab “ Karena Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang mengenalkan manusia kepada penciptanya.”
     Saat itu, aku hanya tahu siapa Nabi Muhammad dari buku-buku aganma disekolah. Hanya mendengar sambil lalu saja kisah yang terus berulang mengenai Nabi Muhammad SAW. Beliau Nabiku, oleh karena itu aku cinta.Titik
     Ternyata….. aku membohongi diriku sendiri. Apa yang kukatakan benar-benar senmu dan klise. Aku menipun diriku sendiri dan dengan entengnya mengucap kata cinta. Kala itu, aku tak pernah merasa rindu kepada Rasulullah SAW. Bibirku memang sering memanjatkann shalawat tapi tak pernah ada rasanya dihati ini. Ternyata….. Cinta mudah di ucapkan karena lidah tak bertulang. Aku mengaku cinta, padahal aku sedikit sekali mengenal Rasulullah SAW. Mengaku cinta, tapi gaya hidup jauh dari contoh-contoh yang Rasulullah SAW berikan. Lalu, pantaskah aku berkata aku mencintainya?
     Aku telah berdusta.
     Cinta hadir karena adanya pengetahuan. Semakin dalam pengetahuan terhadap sesuatu, semakin kuatlah cinta itu. maka, sejak hari itu, hari ketika aku menydari bahwa diriku telah berdusta, aku mulai berusaha dengan berbnagai cara untuk mengenalnya lebih dekat, meski terpisah ratusan abad! Aku ingin cintaku kepadanya tumbuh, mengalir indah, hingga aku bisa menikmatinya sebagai rindu kepada kemuliaan sifatnya. Sungguh, saat itu, aku belum merasakan cinta kepada beliau.
     Kubeli berbagai macam buku mengenai kisah Nabi Muhammad SAW. Kupacu diriku untuk terus-menerus mengenal beliau agar cinta ini tumbuh dihatiku. Akucoba membolak balik terjemahan Al-Quran, menonton film yang menceritakan perjuangan beliau dan merintih kepada Allah sambil berbisik …aku belum merasakan cinta kepadamya. Aku belum merasakan cinta kepadanya….
     Hari-hari berjalan, akupun berusaha menumbuhkan cinta dari waktu ke waktu. Berusaha untuk terus mengenal sosoknya.
     Abu Bakar, ketika beru sadar dari pingsanya, pertanyaan yang pertama yang keluar dari mulutnya adalah “ Bagaimana keadaan Rasulullah?” padahal saat itu keadaannya sendiri sudah hampir mati dan darah terus mengucur dari hidungnya karena di aniaya kaum musyrikin.
     Khubaib Ibnu Adi yang ketika itu ditangkap oleh kafir quraisy dan hendak dibunuh, ketika diajukan pertanyaan, “Sukakah kamu jika Muhammad menggantikan posisimu ditempat ini, sedangkan kamu duduk kamu duduk bersama keluargamu dengan selamat?” Khubaib menjawab, “ Demi Allah, aku tidak suka jika Muhammad terkena duru di tempatnya sekarang ini, sementara aku duduk santai bersama keluargaku.” Ia pun dibunuh setelah sebelumnya menjalankan shalat dua rakaat.
     Tak berbeda dengan jawaban Zaid ibn Dutsnah yang memiliki kisah serupa Khubai Ibn Adi. Ditengah berkecamuknya perang uhud dan tersebar desas-desus Nabi Muhammad telah terbunuh, seorang wanita berlari memasuki kancah peperangan dan mencari-cari Rasulullah SAW. Ia melihat saudaranya telah menjadi mayat. Begitu ia tahu Rasulullah SAW masih hidup, wanita itu berkata “ Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak akan memedulikan  (apapun yang menimpa diriku ) selama engkau selamat”.
     Menjelang wafat, dalam keadaan yang sekarat, Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat dan keluarganya. Semua menangis sedih melihat keadaan rasulullah. Beliau lalu bertanya dengan suara lemah “ Ada kah diantara kalian yang pernah aku sakiti?” tak ada yang menjawab. Rasulullah SAW bertanya lagi hingga ketiga kalinya. Seorang laki-lakipun berdiri menuju Nabi, beliau lah Ukasyah Ibn Muhsin. “Ya Rasul Allah dulu aku pernah bersamamu di perang badar. Untaku dan untamu berdampingan, saat itu engkau melecutkan cambuk kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung sampingku.” Ucap Ukasyah.
     Semua yang ada di ruangan itu kaget, tega sekali Ukasyah berkata seperti itu saat Rasulullah  SAW dalam keadaan sekarat. Semua air mata sahabat yang ada disitu mengalir deras. Rasulullah SAW lalu menyuruh Bilal mengambil cambuk dirumah puterinya Fatimah. Bilal tampak begitu berat menunaikan perintah Nabi itu, ia tak ingin cambuk yang dibawanya melecut tubuh sang kekasih. Namun bilal juga tak berani melawan perintah Nabi. Segera setelah sampai, cambuk diberikan kepada nabidan dengan cepat pula cambuk berpindah ketangan Ukasyah. Masjid seketika dipenuhi gemuruh suara para sahabat.
     Tiba-tiba dibarisan terdepan maju  sosok berwajah sendu dan berjanggut basah oleh air mata.  Abu bakar, dan sosok pemberani yang ditakuti para musuhnya dimedan pertempuran, Umar Ibn Khattab. Mereka berkata. “ Hai Ukasyah, pukullah kami berdua! Sesukamu. Pilihlah bagian mana yang kau inginkan. Qisas lah kami.”
Mungkin saat itu Umar meraba pedangnya. Seandainya saja, diizinkan
akan aku penggal kepala orang yang menyakiti Rasulullah.
Rasulullah menahan dua sahabatnya. Berkata sang pemimpin yang dicintai
ini : “Duhai sahabatku, Duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui
kedudukan kamu berdua!”
Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Tholib sambil berkata. Kali ini
lebih garang dari sahabat Abu Bakar : ” Hai Ukasyah! Aku ini sekarang
masih hidup di hadapan Nabi s.a.w. Aku tidak sampai hati melihat kalau
engkau akan mengambil kesempatan qishas memukul Rasulullah. Inilah
punggungku, maka qishaslah aku dengan tangnmu dan deralah aky dengan
tangn engkau sendiri!”
Ali tampil ke muka. Memberikan punggungnya dan jiwa serta cintanya
buat orang yang dicintainya. Subhanallah… ia tak rela sang Rasul
disakiti. Ia merelakan berkorban nyawa untuk sang pemimpin.
Nabi pun menahan. ” Allah swt telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali !”
Ali surut, bergantianlah kemudian tampil dua kakak beradik, Hasan dan
Husein. ” Hai Ukasyah ! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami
berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan qishaslah kami dan itu
berarti sama juga dengan mengqishas Rasulullah sendiri !”
Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan berkata
“Duduklah kalian berdua, duhai penyejuk mataku!”
Dan akhirnya Nabi berkata : “Hai ‘Ukasyah ! pukullah aku jika engkau
berhasrat mengambil qishas!”
“Ya Rasul Allah ! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku
sedang tidak lekat kain di badanku” Kata Ukasyah. kembali suasana
semakin panas dan tegang. Semua orang berpikir, apa maunya si Ukasyah
ini. Sudah berniat mencambuk Rasul, ia malah meminta Rasul membuka
baju. “Kurang ajar sekali si Ukasyah ini. Apa maunya ini orang…”
Tanpa bicara….
Tanpa kata…
Rasulullah membuka bajunya.
Semua yang hadir menahan napas…
Banyak yang berteriak sambil menangis…
Tak terkecuali…. Termasuk Ukasyah…
Ada yang tertahan di dadanya. Ia segera maju melangkah, melepas cambuknya dan…
Kejadian selanjutnya tatkala ‘Ukasyah melihat putih tubuh Rasulullah
dan tanda kenabian di punggungnya, ia segera mendekap tubuh Nabi
sepuas-puasnya sambil berkata : “Tebusanmu adalah Rohku ya Rasulallah,
siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan
mengqishas engkau ya Rasul Allah ? Saya sengaja berbuat demikian
hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh
engkau yang mulia, dan agar supaya Allah swt dengan kehormatan engkau
dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”
Akhirnya berkatalah Nabi saw “Ketahuilah wahai para sahabat ! barang
siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada
pribadi laki-laki ini!”
Lantas bangkit berdirilah kaum Muslimin beramai-ramai mencium ‘Ukasyah
di antara kedua matanya. Rasa curiga berubah cinta. Buruk sangka
berubah bangga. Berkatalah mereka : “Berbahagialah engkau yang telah
mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah s.a.w di
surga kelak!”
Betapa cintanya mereka dengan Rasulullah, maka dengan alasan apalagi aku mengatakan untuk tidak mencintainya?? Sungguh akan kupupuk rasa cintaku untuknya…           
Ya Allah! Demi kemuliaan dan kebesaran Engkau mudahkan jugalah bagi
kami mendapatkan syafa’atnya Rasulullah s.a.w di kampung akhirat yang
abadi ! Amien ! Mau’izhatul Hasanah
‘Pernik cinta OSD’    

Renungaaannnn



Api dimatamu, bara didadamu
Cukup sebagai bukti kejantananmu..
Tapi sekali engkau turuti nafsu,
Engkau tak lebih penjantan dungu yang lucu
    Cantik, halus, Indah dan menawan
                               Tak cukup untuk memuji apa yang ada padamu
                               Tapi sekali engkau pamerkan!
       Atau malah engkau pasrahkan!
                  Engkau tak lebih dari bunga dicomberan
Di tengah lautan syahwat yang terhampar
Gemuruh birahi membakar, berkobar-kobar
Engkau bertarung...
Diantara seribu jurus iblis yang gesit dan licik
Sedikit Lengah...
Engkau terbenam di tungku jahannam..

 ************************ 



Wahai dzat yang ampunannya mendahului siksaannya,
Ampuni segala dosa dan kesalahan ibu kami.. ibu kami yang dengan keikhlasannya mempertaruhkan nyawanya tatkala kami hadir didunia ini.
Ampuni segala dosa kesalahan ibu kami.. ibu kami yang dengan ketabahannya merelakan waktu istirahat malamnya tatkala kami kecil dahulu...
Ampuni segala dosa dan kesalahan ibu kami, ibu kami yang dengan khusyuknya senantiasa berdo’a untuk kesejahteraan kami.

Ampunilah segala dosa dan kesalahan bapak kami.. bapak kami yang dengan ketegaran hatinya membesarkan kami dan berusaha sekuat energinya untuk memasukkan rezeki halal di aliran darah kami