Sabtu, 24 Maret 2012

cerpen ke 4

Takdir Berkata Lain….

     ***Lelah rasanya siang itu,, kubanting pintu kos. Sejurus kemudian aku langsung menyalakan kipas angin yang ada dikamarku lalu Ku rebahkan tubuhku diatas ranjang. ‘Wusss… angin sejuk langsung menampar tubuhku siang itu. kulirik jam dinding, masih jam 4, “Masih ada satu jam lagi..” Ucapku pelan.
Kunikmati istirahatku dikasur. “Masih sempat memejamkan mata sebelum barangkat kuliah,” rencanaku dalam hati. Bagiku waktu sangat penting dalam hidup. Sebisa mungkin aku manfaatkan karena memang Aktifitasku cukup banyak, pagi aku harus bekerja, dan sorenya aku harus kuliah. Aku bekerja Di sebuah PT Informatika Reka Mandiri tepatnya di kota bandung sesuai dengan jurusan yang kuambil yakni teknik informatika. Penghasilanku Alhamdulillah lebih dari cukup. Sebab itu aku yang mengambil alih untuk membiayai adikku sekolah.
Tit..tit…titt….
Hampir pulas, namun terganggu oleh dering suara ponselku yang terdengar semakin keras. “ada sms masuk” ucap batinku. Akupun langsung membacanya.
From Aida (0856663xxx)
“Ass.. mas Fadil. Sebelumnya aku mohon maaf beribu maaf mas… dalam keputusasaan aku ingin mengabarkan bahwa besok aku akan menikah. Mungkin aku bukan  jodohmu mas. Kuharap, suatu hari nanti kau akan menemukan yang lebih baik dariku.”

“Grrrhh…” Spontan aku kaget. Aku bingung. “Apa yang terjadi dengan Aida?” Tanya batinku. Aida adalah calon isteriku. Pertemuanku di acara bakti sosial beberapa waktu yang lalu membuatku yakin untuk mengkhitbahnya. Awalnya aku hanya ingin PDKT dulu, barangkali untuk tahap awal pacaran dulu. Namun dia menolak, dengan mengatakan sesuatu yang membuatku kagum terhadap dirinya. “jika mas Fadil sayang padaku.. lebih baik datang saja pada orang tuaku dan aku lebih memilih menjadi isterimu. Jika mas belum siap Akan lebih baik jika mas melupakanku saja. Aku tak mau pacaran mas.” Ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Aku salut dengannya dan sungguh Ada sesuatu yang berbeda  dari wanita lain yang terpancar dari setiap gerak geriknya.

Malu karena Allah adalah perona pipinya…..Penghias rambutnya adalah jilbab yang terulur sampai dadanya…..Zikir yang senantiasa membasahi bibir adalah lipstiknya……Kacamatanya adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat……Air wudhu adalah bedaknya untuk cahaya di akherat….Kaki indahnya selalu menghadiri majelis ilmu……Tanganya selalu berbuat baik pada sesama….Pendengaran yang ma’ruf adalah anting muslimah…..Gelangnya adalah tawadhu…..Kalungnya adalah kesucian

Sebuah puisi yang jika kubaca, maka wajahnya yang teduh seolah terlintas dan bermain dibenakku. Sosok wanita yang sangat luar biasa dimataku. Dia wanita berjilbab yang kudambakan selama ini. Namun tiba-tiba saja hatiku terasa hancur berkeping-keping. Tak tahu apa penyebabnya, padahal baru bulan kemaren aku mengunjungi Aida bersama keluargaku, semua berjalan lancar penuh dengan canda tawa.
      Aku mencoba menghubungi ponselnya, ternyata tidak aktif. Aku coba kembali tetap masih nada yang sama. Akupun  bangkit dari kasur. Terpaksa kubatalkan jadwal kuliahku hari ini. Hatiku masih risau dan bimbang. Sekejap mata aku langsung tancap gas menuju rumah Aida dengan mengendarai sepeda motorku. Akupun melaju membelah jalan dengan hati bertanya-tanya.
“Ya Allah,,, apa yang terjadi??” Rintihku dengan penuh kebingungan.
Baru bulan yang lalu aku merencanakan bersama keluarga Aida untuk melamarnya setelah kuliahku selesai. Tinggal menunggu skripsiku selesai dan aku akan wisuda.


           

                                                ************************
Sesampainya dirumah Aida, aku langsung memarkirkan sepeda motorku. Jarak rumah Aida memang cukup jauh dari tempat kosku.
“tok….tok….tokk…. Assalamu’alaikum…..” sapaku sembari mengetuk pintu. Ku tunggu sejenak , belum ada jawaban. Kuulangi sekali lagi.
“Wa’alaikum salam…” pintupun terbuka. Ternyata ibunya Aida.
“Maaf Umi menggangu. Aidanya ada umi??” sapaku ramah.
“Eh,,, nak Fadil. Silahkan masuk dulu nak!” Jawab ibunya Aida sambil mempersilahkanku masuk.
“Terimakasih umi…”
Kutatap wajah ibu, ada kegelisahan dan kesedihan yang terpancar dari raut wajahnya. Mukanya terlihat pucat ketka melihatku datang. Aku semakin bingung.
“Aidanya ada Umi??” tanyaku penasaran. ibu terdiam seraya menunduk.
“Ai,,,aidanya ndak ada nak. Dia berangkat ke jogja bersama abinya. Emang nak Fadil tidak diberi tahu??” jawab ibu dengan getar bibir terbata-bata.
“Justru itu umi,,, saya ingin menanyakan prihal ini. sebenarnya apa yang terjadi dengan Aida??”
“Ma,,maafkan kami nak Fadil. Maafkan kami. Takdir Allahlah yang berkuasa.” Jawab ibu dan kini air matanya pun turut andil.
“Baiklah,, ibu akan jelaskan semua padamu. Aida akan menikah dengan pria lain. Sebenarnya semua ini terjadi bermula saat Aida ikut seminar di Jogja. Lima hari setelah nak Fadil datang bulan kemaren kesini, Aida minta izin untuk mengikuti seminar itu. kampusnya Aida mengirim utusan tiga orang untuk mengikuti seminar itu dan Aida salah satunya. Ia berangkat bersama ayu dan ardi teman kampusnya. Kampusnya Aida memberikan Fasilitas dua kamar hotel untuk menginap.” Tiba-tiba suara ibunya Aida terhenti dan tangisnya semakin menjadi. Namun ia mencoba tetap tegar dan melanjutkan kembali.
“Sepulang nya Aida dari Jogja, wajahnya tampak pucat. Kami mencoba menanyakan ada apa dengannya. Ia tak mau cerita tapi kami coba merayu den memaksanya. Dengan hati menjerit dan berlinang air mata, ia menjelaskan bahwa ia dijebak dan DIPERKOSA oleh Ardy teman kampusnyaa itu. dan pada saat kejadian itu ayu sedang tidak berada dikamar.” Tiba-tiba tangis ibunya Aida meledak, air matanya mengalir deras.
“Ternyata Ardi telah lama menyukai Aida namun selalu ditolak  jika Ardi meminta Aida untu menjadi pacarnya. Ardi mengetahui bahwa Aida akan segera menikah dengan nak Fadil. Maka dari itu,  ia mengambil kesempatan dengan adanya seminar itu melampiaskan nafsu bejatnya.”
Mendengar penjelasan ibu, hatiku terasa begitu pedih. Bibirku bertasbih,, batinku merintih dengan apa yang baru saja kudengar
“kami dengan pihak keluarga telah sepakat untuk menikahkan Aida dengan Ardi. Maafkan kami nak Fadil…” ibunya Aida mengakhiri penjelasannya.
Suasana seolah mencekam. Hatiku seakan ingin meledak. Wajahku menunduk. Ada yang menetes dari sudut mataku. Sunnguh aku tak kuat menahan perasaanku. Akupun langsung pamit pulang.



                                                *************************
Dalam perjalanan pulang bibirku terus bertasbih.  Hatiku remuk, mataku terus saja mengalirkan sesuatu.  Pernikahan yang kudambakan gagal. Wisuda yang kutunggu-tunggu  sebagai awal puncak kesuksesan masa depanku terasa tak bermanfaat lagi. Aida adalah gadis idamanku kini telah terbang dibawa seekor elang yang rakus tak bermoral.
     Sesampainya dikamar kos, aku menangis sejadi-jadinya. Aku meratap dan memohon kepada tuhanku agar senantiasa diberi kekuatan dan ketabahan. Sungguh larut dalam kesedihanku. Tiba-tiba suara adzan magrib berkumandang. Panggilan tuhan masuk dalam batinku.
     Dengan berlinang air mata aku mencoba tegar menghadapi kuasa Allah itu. sebuah garis takdir yang harus kuterima dengan lapang dada. Usai sholat. Akupun bermunajat kepada Rabbku. Aku bertafakkur. Tubuh ku seolah roboh begitu saja dan sujud dihadapan sang maha pencipta. Ku utarakan kegundahan hatiku.aku berharap diberikan cinta disuatu hari nanti diujung hari. Suatu cinta diatas cinta yang hilang.

   ***************************



Tujuh bulan telah berlalu.. dengan hati yang tegar kuselesaikan kuliahku meski tak sesemangat dulu ketika aku hendak menikah.  Kini aku telah meraih gelar S1 teknik infaormatika dan mendapat nilai yang memuaskan. Namun dari hari kehari bayangan Aida masih saja hadir dalam benakku. Tanpa kabar, tanpa pertemuan, dan tanpa penjelasan langsung dari bibir Aida setelah hari yang pahit itu. aku pun mencba menata kembali masa depanku.
***** dihari Wisuda ku itu, sengaja ku panggil ibu dari kampung utuk hadir mendampingiku. Senyum ibuku telah cukup membuatku terhibur setelah luka yang begitu dalam mengiris-iris hatiku. Namun keadaan berubah, dan kuyakin dengan bantuan Allahlah aku sanggup menghadapi semuanya.

Tiba-tiba suasana Aula gedung itu seolah bertasbih. Ada sosok wanita anggun, cantik nan jelita dengan jilbab ungu datang mengahmpiriku.
“Subhanallah,,, Aida. Benarkah dia Aida?? Alangkah beruntungnya laki2-laki yang telah menikahinya saat ini.” batinku.
Hatiku berdesir..saat ia mendekati ibu ku. Jantungku berdegup kencang. Sama seperti pertama kali kau berjumpa Aida di acara Bakti sosial itu.
“Astaghfirullah,,, aku tak boleh lagi memikirkannya. Dia telah menjadi milik orang lain” ujarku dalam hati.
Ibuku tersenyum menatapku saat Aida kini tengah berada di hadapanku tepatnya disamping ibu. “Fadil,,, kau telah wisuda nak. Kini adalah waktunya kau untuk menikah. Kerjaanmu sudah mapan, sarjanapun sudah ditangan.” Ujar ibu.
“insya Allah bu..” jawabku
“Aida,, dengan siapa kamu kesini?? Ibu dan suamimu mana?” kuarahkan wajahku mentap Aida meski terasa berat.
“ibu tak ikut mas,, aku datang sendiri. Dan kedatanganku untuk menyampaikan maafku padamu. Dan menjelaskan apa yang telah terjadi padaku selama ini.” lanjut Aida dengan wajah menunduk dan kini butiran bening mulai berjatuhan dari sudut mata indahnya.
Belum sempat bertanya lagi, Aku langsung diajak bicara dan ibupun turut mengikuti kami. Aida ingin menyampaikan sesuatu yang penting yang ku tunggu selama ini. “Di mushola saja mas” ajak Aida. Iapun menjelaskan apa yang selama ini telah menimpanya.
“Mungkin mas Fadil telah diberi tahu ibu tentang kejadian yang menimpaku. Tetapi semua itu berubah mas. Ternyata takdir Allah berubah lagi. Kini aku telah janda mas. Aku terus saja berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk menjalani hidup. Setelah menikah selama lebih kurang seminggu. Aku tinggal bersama mertuaku dijogja,, tak sempat tidur  bersama dimalam pertama karena Ardi harus meyelesaikan tugasnya diluar kota dimalam pengantin kami.. Ardi dua minggu diluar kota. Entah mengapa tiba-tiba terpikir dibenakku untuk memeriksakan diri kedokter. Hal ini tak pernah terpikir sebelumnya Karena aku telah bingung dengan kejadian yang menimpaaku dihotel itu. dan hasil pemeriksaan ternyata kesucianku masih utuh. Si berengsek itu hanya menjebakku agar ia punya alasan untuk bisa menikahiku. Setelah mengetahui semuanya, akupun meminta cerai. Kujelaskan semua prilaku biadab Ardi kepada orang tua dan keluarganya. Mereka tak mampu menolak permintaanku. Sepulang dari luar kota akupun minta cerai padanya. Awalnya Ardy menolak, namun atas bantuan ayah dan ibunya, akhirnya ia kalah. Aku bahagia sekali mas,, karena Ternyata Allah sangat menyayangiku.
Mendengar penjelasan Aida. Hatiku berdesir. Kulirik ibu yang sedari tadi terdiam, iapun tak mampu menahan tangis.  Setetes embun terasa masuk kedalam batinku. Ternyata ujian Allah telah berakhir. Akupun berniat untuk  langsung melamar Aida hari itu juga.
selesai

Selasa, 20 Maret 2012

“Tuhan Dan Tukang Cukur”



      Suatu hari seorang laki2 sebut saja steve,, Datang kesebuah tempat cukur untuk memotong rambut dan jeggotnya. Iapun memuai pembicaraan hangat dengan tukang cukur yang melayaninya. Berbagai macam topikpun akhirnya menjadi pilihan mereka. Hingga akhirnya “TUHAN” menjadi subjek pembicaraan.
“Hai Tuan… saya ini tidak percaya  kalau Tuhan itu ada seperti yang anda katakan tadi..” Ujar si tukang cukur.
Mendengar ungkapan itu, steve terkejut dan bertanya,,
“Mengapa anda berkata demikian??”
“Iya,, jika Tuhan itu ada,, mengapa banyak orang yang sakit, dan mengapa banyak anak2 yang terlantar. Jika tuhan itu ada tentu tidak ada sakit dan penderitaan. Tuhan apa yang mengizinkan itu semua terjadi...@” Ungkap si tukang cukur tadi dengan nada tinggi.
Steve pun berpikir tentang apa yang baru saja dikatakan si tukang cukur.  Namun ia sama sekali tak memberi respon agar argument tersebut tidak lebih meluas lagi.
^^^ Saat steve keluar dari tempat cukur tersebut,, tiba2 ia berpapasan dengaN seorang laki2 berambut panjang dan jenggotnya sangat lebat. Sepertinya ia sudah lama tidak pergi ketukang cukur. Dan itu membuatnya terLiHat sangat tidak rapi. Akhirnya steve kembali masuk ke tempat cukur tadi dan kemudian berkata kepada sang tukang cukur.
“Ternyata di Dunia ini tidak ada yang namanya tukang cukur,,” Otomatis sang tukang cukurpun terkejut.
“Bagaimana mungkin mereka tidak ada tuan.. buktinya adalah saya. Saya ada disini dan saya adalah seorang tukang cukur..” Sanggah situkang cukur.
Dan steve kembali berkata tegas,,  “Kalau mereka ada, tidak mungkin ada orang yang berambut panjang dan berjenggot lebat seperti bapak yang satu itu..”
“Ahhh,,, anda bisa saja Tuan,,,!!! Tukang cukur itu selalu ada dimana-mana..  yang terjadi pada pria ini adalah bahwa ia tidak mau datang ketukang cukur untuk dicukur.” Jawab si tukang cukur.
“Tepattt Sekali,,,” Tegas steve.
“Sama halnya dengan pertanyaan anda tentang Tuhan tadi. Sebenarnya Tuhan itu ada,, yang terjadi pada umat manusia adalah mereka tidak mau datang dan mencarinya. Itulah sebabnya mengapa tampak begitu banyak penderitaan diseluruh dunia ini.” Jelas Steve.
************
“Kadang kita terlalu gampang mengambil kesimpulan dari SEsuatu hal yang tidak kita pikirkan secara mendalam. Tukang cukur itu adalah diri kita juga,  yang kadang ketika menderita lalu mengatakan tuhan tidak ada. Sementara kita barangkali tidak mengenal tuhan ataubahkan mungkin Selama ini kita tidak dekat dengannya.”
By: Resonansi Jiwa

Minggu, 11 Maret 2012

TA'ARUF…???



Sebuah kata yang asing?? Atau bahkan sudah familiar di telinga kita?
Kurasa,, ta’aruf bukan lah sebuah kata yang asing lagi bagi kita. kata ta’aruf dalam bahasa arab adalah perkenalan atau saling mengenal. Ta’aruf berarti melakukan aktifitas atau kegiatan bersilaturahim dengan dua orang atau lebih.
Ta’aruf boleh dilakukan oleh siapa saja,, dan dengan tujuan yang baik pula. baik itu untuk persaudaraan sesama muslim (ukhwah islamiyah), pertemanan, pernikahan, masuk suatu perkumpulan, masuk suatu majelis ilmu, dll.
Ta’aruf adalah sebuah pilihan terbaik mencari jodoh (pasangan hidup),, tentunya berbeda jauh dengan pencarian jodoh melalui aktifitas pacaran. Menyadari bahwa pernikahan bukanlah hubungan temporer, namun  diharapkan bisa langgeng. Pernikahan adalah suatu ikatan suci yang maha dahsyat dan diharapkan dapat terlaksana hanya sekali dalam seumur hidup.
Perlu diketahui, bahwa islam sangat ketat sekali membatasi antara hubungan pria dan wanita. Namun, islam memberikan peluang untuk saling mengenal (calaon isteri/suami) melalu proses ta’aruf. Hal ini dilakukan agar kita tidak salah pilih dan terhindar dari penyesalan yang mungkin hadir dikemudian hari. Selain perkenalan fisik, ta’aruf juga dilakukan untuk mengenal akhlak dan ilmu masing2. Tak hanya sebatas itu,, bagi yang melakukan proses ta’aruf maka sebaiknya utarakan semua kekurangan yang ada pada diri masing. Misalnya saja,, khusus untuk wanita, jika memang kurang bisa memasak,, maka katakan saja sejujurnya pada calon suami.
Ta’aruf memang dilakukan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai calon pasangan,, terutama dari keluarga terdekat  yang memang baik agamanya, agar tidak terjadi kebohongan. Dengan demikian sang pemberi informasi bisa adil dan jujur dalam memaparkan informasi. Dan yang paling terpenting adalah memfokuskan pertanyaan seputar masalah  agama dan akhlak calon pasangan.
Sesuai dengan sabda Rasululla SAW yang telah berpesan,,
“Sesungguhnya wanita itu dinikahi karena empat hal, Hartanya, Kecantikannya, Nasabnya (keturunan orang baik2) ,dan Agamanya. Pilihlah yang paling baik agamanya maka engkau akan beruntung”

Meski Obyek hadits tersebut adalah pria, pihak orang tua wanita sebaiknya juga mempelajari kepribadian dan agama calon mempelai pria,misalnya berinteraksi langsung dgn calon mempelai pria maupun lewat kerabat dekatnya. lagi lagi akhlak dan agamanya yang harus menjadi pertimbangan utama dalam menerima atau menolak calon menantu.
Proses ta’aruf juga tidak membutuhkan waktu yang lama beda halnya dengan mereka2 yang pacaran. Pacaran yang dilakukan bertahun2pun kadangkala belum bisa membuat pelaku mampu mengenal pasangannya,, karena jelas sekali bahwa pacaran biasanya identik dengan kesemuan belaka. Semua yang ditampakkan dalam berpacaran hanyalah yang baik2nya saja. Nah,,, hal ini berbeda jauh dengan proses ta’aruf yang sesuai syar’i ini. prosesnya tak berlangsung lama, dilakukan untuk silaturahmi, bertukar biodata, saling bertanya tentang kepribadian masing2, saling jujur satu sama lain baik dari segi kelebihan maupun kekurangan, dan hal ini bisa dilakukan dengan bertanya langsung kepada sang calon. Atau bertanya lewat orang2 yang terdekat dengan calon pasangan. Hal ini dilakukan agar tak akan ada penyesalan ketika pernikahan telah menjadi sebuah pilihan.
Jalannya proses ta’aruf biasanya tak lebih dari 3 bulan. SHALAT istikharoh jangan pernah terlupakAn. inilah penentu Awal.. jalan untuk memantabkan hati kita. Seperti sebuah bait puisi, “Bariskan harapan pada istikharah sepenuh hati ikhlas. Relakan Allah pilihkan untukmu. Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya. Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah. Mungkin kebaikan itu bukan pada orang yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih. Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi. Kekasih tempat orang-orang beriman memberi semua cinta dan menerima cinta.”
semuanya memang hanya ada pada genggamanNYA. Tak ada yang mampu mengelak jika Dia telah berkehendak. Jika memang sang calon yang telah kita kenal melalui proses ta’aruf adalah jodoh yang telah tercatat dalam lauh mahfuzhNYA,, maka insyaAllah prosesnya ta’aruf kita akan dipermudah hingga ke arah pernikahan. Namun jika tidak,, maka semua itu memang atas kehendakNYA. Yakinlah bahwa Allah akan memberikan sesuatu untuk kita yang lebih baik lagi.
“Apa yang menurut kita baik,, belum tentu baik bagi Allah. Dan apa yang buruk menurut kita, belum tentu buruk pula bagi Allah.”
Semua atas kehendakNYA.



Sebuah kutipan dari Umi Zahrina Nurbaiti
Bagi pasangan yang sudah melakukan ta’aruf Islami, semoga langgeng pernikahannya, hingga kematianlah yang memisahkan kita dari pasangan kita. Aamiin
Bagi setiap aktivis da’wah, yang sudah memilih da’wah sebagai jalan hidupnya, tentunya harus memiliki kepribadian Islamiyyah yang berbeda dengan orang-orang yang belum tarbiyah tentunya. Salah satu akhlak (kepribadian Islami) yang harus dimiliki setiap ikhwan atau akhwat adalah ketika memilih menikah tanpa pacaran. Karena memang dalam Islam tidak ada konsep pacaran, dengan dalih apapun. Misalnya, ditemani orang tualah, ditemani kakak atau adiklah sehingga tidak berdua-duan. Semua sudah sangat jelas dalam Alqur’an surat Al Isra ayat 32 yang artinya ”Dan janganlah kamu mendekati zina ; (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”. Apalagi sudah menjadi fihtrah bagi setiap pria pasti memiliki rasa ketertarikan pada wanita begitu pula sebaliknya. Namun Islam memberikan panduan yang sangat jelas demi kebaikan ummatnya. Mampukah tiap diri kita menata semua, ya perasaan cinta, kasih sayang benar-benar sesuai dengan syari’ah? Dalam buku Manajemen Cinta karya Abdullah Nasih Ulwan, juga disebutkan, cinta juga harus dimanage dengan baik, terutama cinta pada Allah SWT, Rasulullah SAW, cinta terhadap orang-orang shalih dan beriman. Jadi tidak mengumbar cinta secara murahan atau bahkan melanggar syariat Allah SWT.
Lalu bagaimanakah kiat-kita ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah, berikut pengalaman penulis 14 tahun lalu yaitu :
1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.
3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir.
4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut.
5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.
Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.
..Aamiin ya Robbal ’alamiin. 


Sabtu, 10 Maret 2012

Semangat Menulis...@@@

"MENULIS BUTUHKAH BAKAT ATAU HOBI??"

“Sejarah  Hanya  Ditulis  Dengan  Nuansa  Dua  Warna, Hitam tinta  nya  Para  Ulama  Dan  Merah  Darah  nya  Para  Syuhada”
Menulis,,, perlukah bakat?? Atau memang harus Hoby??
Kata orang2 bijak: “Manulislah  Apa  Yang  Terlintas, Bukan Memikirkan  Apa  Yang  Hendak  Ditulis
Adapula seorang penyair yang berkata: “ Aku ada karena aku menulis. Ketika nanti aku mati dan tak meninggalkan tulisan apapun, aku pasti menjadi benar2 tak ada. Namun bila aku mati dan meninggalkan tulisan atau suatu karya, atau apapun namanya, mungkin aku dikatakan mati secara fisik, tapi pikiranku, karyaku, bukuku, artikelku, atau apapun namanya, akan mengabdi dan Insya Allah akan menjadi amal yang akan terus mengalir”
waah,, betapa luar biasanya pernyataan seorang penyair dari madura itu. yuukk semangat,, ku yakin kita juga bisa.
Hmm,, memang sih kalau berbicara tentang tulis menulis, Sejujurnya Aku sama sekali tak hobi. juga tak merasa memiliki bakat menulis. Tapi,, kalau nyoret2 buku diary aku paling jago.
Pokoknya,, semua kekesalan, kesedihan, bahkan kepedihan sekalipun telah terangkum dalam sebuah buku diary. Aku lebih senang memaparkan isi hatiku kedalam coretan ketimbang menceritakan pada orang lain atau yang sering disebut Nyurhat alias Nyurahin isi hati ke orang lain. Banyak hal yang tak perlu mereka tau tentang ku,, biarlah ku luahkan semuanya dalam sebuah buku harian yang kuyakin akan lebih terjaga karena tak akan mungkin diketahui banyak orang selagi aku tak ceroboh menyimpannya. Berbeda jika semua masalah, ku curah kan kepada makhluk yang bernama manusia,, makhluk yang jelas2 penuh ke khilafan dan mungkin saja suatu saat semua rahasiaku malah dibeberkan kepada manusia2 yang lain dengan alasan khilaf. Dan satu lagi,, aku akan lebih merasa lega jika semua kepedihanku, ku ceritakan langsung kepada sang pemberi kepedihan. Aku semakin yakin dengan firmanNya yang mengatakan bahwa semua yang dibebankan kepada manusia memang sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri. Jika kita pahami secara lebih mendalam,,, kurasa tak ada masalah yang tak terselesaikan asalkan kita yakin kalau kita bisa melewatinya dengan berbagai cara. Gunakan akal, jangan terlalu menurutkan perasaan, hingga berujung kepada nafsu yang selalu ingin menjerumuskan. Salah satu yang perlu kita jaga adalah IMAN. Kata dosen ku, PAK A. MANAN, (hehe,, promosi),, IMAN lah yang menjadi pengendali semuanya,, pengendali Akal, Hati juga Nafsu.  Dengan begitu  insyaAllah semua masalah dan kepedihan akan mudah teratasi.
Aku memang tak hobi menulis,,, tapi aku sangat hobi membaca novel, cerpen, artikel2 islami, pokoke buku2 yang berbau islami daah. Tapi,, entah mengapa aku selalu merasa kekurangan waktu untuk membaca. Dibilang sibuk…. Gak juga@ kenapa ya?? Hmm,, ku rasa itulah yang menjadi kendalaku saat ini.  Aku pernah membaca sebuah buku karya Satria Nova yang juga seorang penulis. Dari pesan2 yang terdapat dalam karyanya lah aku semakin yakin dan tergerak untuk mencoba menulis. Apalagi saat membaca cita2nya. Sebuah cita2 yang menurutku sangat luar biasa...
Impian terbesarku dari menulis adalah ketika nanti dipadang mahsyar, aku terbelalak melihat catatan amalku. Saat itu aku hanya bisa berkata,
‘Ya Allah… bukankah timbangan amalku tak sebesar ini??’ kemudian kuterima jawaban dari NYA.
Yaa,,, kau benar. Tapi ribuan orang telah tergerak hati, tangan, dan kakinya untuk berbuat kebaikan setelah membaca tulisan2 mu. Berantai amal sunah terkerjakan setelah ribuan manusia membaca karya dari jemarimu’
Ahh.. indahnya. Demi Allah Yang Maha Tahu,, itulah harapan tertinggiku”
Banyak hal yang kudapat dari tulisan2nya.. tentang awal mula ia menjadi seorang penulis.. menurut ceritanya, pertama kali ia menulis hanya karena iseng2 aja. Iapun selalu memposting semua pengalaman2nya dalam blog. Sampai akhirnya pada semester 3 ia terpilih menjadi pemimpin redaksi majalah dakwah kampus yang bernama Ultrassafinah. Dari sanalah dia belajar menulis. Alhasil pada bulan maret 2010, tepatnya ketika dia tengah berjuang menghadapi ujian MID di semester 5 dia memulai mengukir impiannya sebagai seorang penulis. Buku yang tengah berada ditanganku ini adalah karya kelimanya yang berhasil diterbitkan. Jika anda2 semua ingin membaca karya sebelumnya, diantaranya: siapa sahabat yang kau pilih?, 30 kisah pelaku sedekah, kuliah apa kuli yah?? Dan agar menulis senikmat bicara serta buku yang tengah berada digenggamannku saat ini yang bejudul ternyata menulis mudah dan menghasilkan uang.  Subhanallah.. luar biasa kan@
Nah,,, dia aja yang masih muda bisa,, kenapa kita enggak??? Dia juga manusia,, dan seorang mahasiswa yang juga banyak kegiatan,, jika dipikir2 lagi, gak mungkin ada waktu untuk nulis.. tapi fakta membuktikan dia bisa. Bahkan buku2nya sudah banyak yang diterbitkan…
Ucapan terimakasih untuk Mas SATRIA NOVA. Berkat karyanya, aku jadi semangat untuk menulis meskipun belum pernah melahirkan sebuah buku. Namun saat ini aku tak perlu berpikir panjang lagi untuk menulis apa saja yang ada dibenakku. Masalah hasilnya enak dibaca atau enggak,, urusan belakang dah. Yang penting aku harus tetap semangat untuk menulis.

Kamis, 01 Maret 2012

Cerpen ke 3


“IKHWAN ITU SEORANG POLISI”

Cerita kali ini tentang akhwat dan Ikhwan.
Asing yah kata2nya..???
Ahh,, gak juga kok. Karena Kata2 itu biasanya sering kita dengar disetiap organisasi2 islami, baik organisasi di sekolah,, maupun diperguruan Tinggi. tapi gak mutlak disana,,, karena pada dasarnya jika dilihat secara bahasa.. siapaun orangnya asalkan berjenis kelamin laki2,, bisa disebut ikhwan, dan siapaun orangnya asalkan perempuan bisa disebut akhwat. namun,, memang jarang sebutan itu dijadikan panggilan ditengah2 kita,, dan memang yang paling banyak menggunakan sebutan2 seperti itu hanyalah di organisasi2 islami,  atau biasanya di gunakan untuk mereka2 yang jilbaber khusus wanita, dan mereka2 yang selalu berbusana lengan panjang atau lebih sering berbaju koko dan celana panjang. 
Kalau disekolah2 dulu,, biasanya di Rohis tuh. Yang cewek dipanggil Akhwat, dan yang cowok dipanggil Ikhwan. 
Dan lagi nih,, biasanya kalau udah disebut Ikhwan atau Akhwat,, hmmm.. pengetahuan keislamannya InsyaAllah pasti mantab. Dia akan selalu menjaga setiap tingkah lakunya. Juga penampilannya…untuk para akhwat  jilbab besar yang selalu dikenakannya, sedangkan ikhwan, biasanya tak pernah mengenakan celana jins,, baju koko atau kemaja, serta celana kain adalah pakaian yang selalu mereka kenakan. Dan satu lagi.. mereka ini bukanlah penganut mazhab pacaran. Ihhh wow… jadi?? Ya iya lah.. mereka itu gak mau pacaran,,@ Menurut mereka,, kalau emang udah siap ya lebih  baik menikah saja…!! Tapi kalau blom siap,, ya gak usah pacaran..!!! jaga diri, jaga hati, dan terus mempersiapkan diri,, untuk melangkah kearah pernikahan. So,, kalau si ikhwan udah nemuin akhwat yang pas,, mereka gak bilang,, “Mau kah kau jadi pacar ku??”
Tapi mereka lebih berani dengan mengatakan.. “Maukah kau jadi isteriku,,, aku tak mau hanya sekedar menjadikanmu sebagai pacarku,, karena aku ingin menjaga kehormatanmu, aku ingin menyentuhmu setelah kau halal menjadi Isteriku… ” Assyikkk…  dengan begitu,, sebagai seorang wanita,, kita jadi merasa begitu dihargai dan dihormati oleh pria. Iya apa iya??
Hmm,,, cerita kali ini biasa aja sih,, sekedar nyoret2 aja… @ tapi,, daripada waktu dibuang percuma, bukankah lebih baik digunakan buat nulis.? AHH.. masak iya… hhihi
Dan,,  Selagi ada gosiip yang sedang hot2nya diperbincangkan Lewat infotaiment,, * mmm,,, da pada tau kan.?? Polisi asal bandung ntu lhoo,, yang katanya Cuakep tenan,,,
Makanya penulis pun mencoba menulis sebuah cerita pendek. Nah,, kisah dalam cerita ini juga tentang seorang polisi,, cakep, udah mapan, Ikhwan lagi.. ihhh Wow…
“Pak Polisi…Tilang Aku Dong,,,,,!!!” hahay.. maunya@
Yuuuk mari lanjut baca.

“Aku dan LDK”
Nama ku Dinda Nurul Azizah. saat ini aku dan sahabatku  kuliah  di salah satu Unifersitas Negeri Dikotaku dengan jurusan psikologi. Dan kami udah semester 6. Pertama kali aku masuk kekampus ini,, aku agak heran, kenapa?? Karena ada dua sisi berbeda saat kuperhatikan dengan seksama. Ada dua dua nafas kehidupan, maksudnya??
Gini lho,,, hmm, aku sebenarnya wanita yang suka busana simple2 aja. Pokoknya kalau kekampus akulah orang yang berpakaian paling sederhana. Bukan berarti otakku minim fashion lho,, tapi emang begitulah diriku yang sebenarnya.  Beda dengan teman2 yang gaulnya gak ketulungan. busananya macem2,, hari ini pakai jins,, bsoknya legging (baca :lejing), bsoknya rok mini,,, super mini deh pokoknya….@ belom lagi atasannya yang macem2 juga,,, ada yang pake baju adeknya,, haha. Abis kekecilan. Terus nih ada juga yang Cuma pake you can see,, pada tau kan?? Mereka itu emang berpakaian,, tapi setengah telanjang. Naudzubillahimindzalik,,, moga kita gak tergolong yang seperti itu ya.. amin.
Tapi,,, setelah aku masuk Organisasi LDK… ternyata beda lagi. Semua kader gak ada yang gak pake jilbab,, pokonya beda jauh  dengan teman2 diruang kuliahku,,, mereka semua adalah para jilbaber yang pada pake jilbab  besar. Nah,, inilah para akhwat yang kuceritakan diatas. Yang cowok juga ada dan mereka disini dipanggil ikhwan. Huh,, waktu pertama kali aku bergabung di organisasi ini,, ukhwahnya begitu kurasakan. Mbak tiara adalah murobi (mentoring) ku hingga saat ini. darinya lah aku tahu begitu pentingnya menjaga tingkah laku,, bahkan etika bertemu dan bertatapan dengan lawan jenis juga gak boleh sembarangan, harus selalu Ghadul Bashar alias menundukkan pandangan ketika timbul di hati hal2 yang beda alias rasa suka, atau ketertarikan sehingga menimbulkan nafsu syahwat ketika memandang lawan jenis. Misalnya nih,, ketika bertemu si ikhwan lalu berbicara sembari menatapnya,, tanpa sadar seakan timbul rasa suka pada ikhwan tersebut, biasnya jantung kita mulai deg2 gan,, hati terasa bergetar hebat, aliran darah seolah terasa mengalir lebih cepat, nahh,,, pada saat itulah  yang namanya nafsu syahwat ikutan nimbrung, biar terhindar dari tu makhluk maka cepetan tundukin tuh pandangan alias Ghadul Bahsar,, .  Dan perlu diketahui,,, bahwa zinanya mata adalah ketika menatap lawan jenis dengan nafsu syahwat. Tapi jika kita memandang namun tak ada timbul rasa yang macem2 yang gak termasuk zina mata. Begono lho,,,….@
Nah,, yang kumaksud dengan dua nafas kehidupan,,,yaitu karena ada dua sisi yang jauh berbeda..Ada yang memang bener2 menutup aurat,, dan ada pula yang memportontonkan auratnya secara gratis,,, mau pilih yang mana?? Terserah yang menilai deh. Tapi buatku,, mempertontonkan aurat adalah hal yang sungguh memalukan,, apa salahnya sih berpakaian yang lebih sopan. Huhh,, kadang aku Cuma bisa menghela nafas,, karena memang begitulah adanya mahasiswi yang kuliah di kampus ku ini. Peraturan tentang penampilan memang  gak terlalu jadi masalah bagi dosen.
Aku dan Nina bertemu dan akrab ketika kami sama2 masuk LDK,, pakaian kami sederhana aja sih,, berjilbab sederhana.. maksudnya gak terlalu lebar dan gak terlalu kecil juga. Sedang2 aja. Pakaian kami Juga gak terlalu besar sihh, namun tetap sopan.  Dan yang pastinya gak ketat,, karena aku emang paling gak suka busana2 super ketat,, sesak rasanya. penampilan ku emang begini2 aja sampai saat ini.. aku pengen jadi diri sendiri aja. Yang penting gak melanggar syari’..

“Dosen Baru Di Semester Enam”
Hari ini untuk pertama kalinya seorang Dosen baru yang tengah sibuk diperbincangkan semua mahasiswi masuk ke ruang kuliah ku. Azril,, itulah nama panggilan dosen baruku. Menurut kabar kabur dari teman2 kampus,, dia itu masih muda, cerdas, Alim, dan Wajahnya yang Tampan dengan hidung mancung serta senyuman manisnya yang selalu membuat para mahasiswi ingin selalu berada didekatnya.
“Assalamualaikum,,, selamat pagi semua!” sapa beliau dengan begitu berwibawa, dan tak lupa dengan senyum termanisnya.
“Wa’alaikum salam,, Pagi juga pak.” Jawab mahasiswa serentak.
‘Huh,, gila cakep banget ni dosen,,, ah, semuda ini kok udah jadi dosen? Apa aku salah liat kali ya,, din… Coba cubit dikit ni tangan…!! Aku mimipi ya?” celoteh Nina sahabatku.. akupun mencubit tangannya.
“Aww,,, gila Din,, sakit banget,, kamu nyubit apa dendam sih…” Nina terlihat merenges kesakitan. Aku tak memperdulikan rasa sakitnya,, biarin aja,, abis ni anak centil amat.huuuuh..
“Makanya,, jadi orang jangan keganjenan ah,,, biasa aja lagi. Wajahnya juga gak ada bedanya dengan masku, malah cakep masku dirumah.” Ujarku sembari tersenyum bangga.
“Halaah,,, mas mu tuh uda nikah. Kalo belom,, baru boleh kamu bangga2in didepan aku…welkk,,,”
Aku tetap tersenyum melihat tingkah sahabatku. itulah salah satu kebiasaan buruknya,, yaitu paling pantang ngeliat cowok cakep…. Hmm,, pokoknya kalo udah liat cowok bening dikit aja.. dia lah orang pertama yang paling heboh. Tapi,, ku akui ni dosen emang cakep. heheh@
Abis, biasanya kalo Nina bilang cakep, belom tentu aku sepakat dengannya. Abis kadang2 cow yang gak ada tampang cakepnya menurutku,, pun tetep aja dia bilang cakep. Hmm,, ANEEH@
Tapi kalo ni dosen emang beda, Bertubuh tegap, gak kurus jg gak gemuk, Mmm,,, pake kacamata, ada lesung pipinya juga. Dan itu terliat saat ia tersenyum. Manis sih,, heheh. LHOO,, kok aku jadi ikutan ganjen sih kayak si Nina. Ah,, tapi gak ada salahnya juga kan kalo Cuma sekedar kagum. Hehhe. Aduh,,, jadi bingung euy,, sebenarnya kami ini pantas gak sih disebut akhwat..?? TOLONG dijawab!!
3 jam sudah pak Azril berceloteh didepan kelas,, karena memang untuk satu mata kuliah beliau, kami mendapat 4 sks. Hmm,,, Smart banget ni dosen,, semua pertanyaan mahasiswa dapat dijawab olehnya dan jawabannya sangat memuaskan. Dan tumben banget ni,,, hari ini si Nina gak pernah nguap2,, hehe. Biasanya kalo udah duduk diruang kuliah ber jam2 gini, ia selalu mengeluarkan jurus kantuknya yang diawali dengan mengeluarkan gas2 beracun dari mulutnya. Dan udah menjadi  kebiasaannya juga, kalo nguap mulutnya gak ditutup. Huuuh,, udah berapa kali aku tegur tapi tetep aja gak mau berubah. “Nin,, kalo nguap ditutup donk Tuh mulut,,!! gak sopan tau,,,,” itulah nasehat yang selalu aku jejeli ketelinganya tiap kali ia  menguap. Tapi tetep aja nasehatku bagai angin lalu yang masuk ketelinga kanan dan keluar lagi dari telinga kiri nya. Hugghhhh….
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
 “Nin,, pulang bareng gak??” Tanya ku pada Nina saat kami keluar dari ruang kuliah.
“Kamu duluan aja Din… aku pengen PDKT dikit ama seseorang,,,” jawab Nina seraya tersenyum, sambil merapikan jilbab putih yang dikenakannya.
“Ama Dosen baru,,? gila kamu Nin!! Gak malu apa sama tu jilbab?? Masak gadis berjilbab gak bisa jaga sikap sih, apalagi Cuma buat ngejer2 cow,, ingat dia itu dosen kita. jangan sampai kamu di cap mahasiswi kurang ajar” celotehku pada Nina.
“Tenang Din,,, aku gak akan macem2 kok. Yahh,, sekedar cari tau tentang dia lewat teman2 kan gak pa2… hhehhe. Namanya juga usaha. Mohon doanya ya Cin,, mana tau dia jodohku.” Jawabnya lalu tersenyum. Aku hanya menggelengkan kepala lalu membalikkan tubuh sembari melangkah pergi meninggalkannya. Beberapa saat,, Kulihat Nina sudah tak ada ditempat.
Setengah jam kemudian aku telah sampai didepan rumah. “Assalamualaikum..” teriakku ketika berdiri di depan pintu.
“Wa’aikum calam te nda...” Jawab bacah kecil berusia 3 tahun dari dalam rumah lalu membuka pintu yang memang tidak terkunci.
“Ehh,, keponakan tante.. kok gak bobok siang sayang?? Hmmm?”  tanyaku pada keponakan kecilku. Akupun langsung menggendongnya. Dia hanya tersenyum lalu mengecup pipiku,,, Suer Imuut banget  ni anak. Sama kayak Uminya. Ehh,, kayak tantenya juga. Hhihi. Nama ponakan keciku ini sama dengan nama sahabatku,, makanya kalo udah ketemu mereka berdua kupanggil Nina kcil dan Nina tua. Dan kalo udah kupanggil Nina tua, sahabatku itu hanya membalas dengan senyum2 kecut dan gak marah,, ‘hmm ya deh,, aku emang da tua..’ ujarnya cemberut hingga  membuatku tertawa. Hmmm,, bahagianya punya dua Nina.
“Ninanya nakal tu tante,, dari tadi rewel aja.” jawab mbak Zila, Umi nya Nina,, dan dia adalah Isteri dari Masku.
“Ihhh,, gak boleh gitu ah…@ kalo udah siang gini kan waktunya Nina bobok sayang,,, ya kan??”
“mau nya bobok ama te nda…”
“Oke deh bos,,, bentar ya,, te nda sholat zuhur dulu” kucubit hidung Nina kecilku dengan lembut lalu beranjak kekamar untuk sholat. Nina emang sangat dekat denganku. Aku selalu memanjakannya. Bahkan tiap semua permintaanya selalu kukabulkan. Dari beli mainan, jajan, dan jalan2. Jadi sebagian besar waktuku memang selalu ku Luangkan untuk keponakan kecilku itu. Usai sholat, aku melangkah kekamar mbak Zila. Kuketuk perlahan pintu kamarnya,, yang memang tak ditutup,,
“Istirihat aja Din,, Nina da tidur tuh.” Ucap mbak Zila. Aku hanya tersenyum lalu kudekati nina kecilku yang sudah terlihat pulas.
“Mbak,, mama kemana??” tanyaku dengan perlahan. Aku takut suaraku malah memabngunkan keponakanku.
“Tadi abis sholat zuhur, mama pamit ke pasar kain Din. Mama kan banyak pesanan baju2 muslim,, tadi mbak mau nemenin, tapi malah gak dikasi ama mama.”
“Ah,,, mama emang begitu mbak. Sebisa mungkin semua pekerjaannya dikerjakan sendiri.. yaa maklum, single parent. Jadi udah terbiasa melakukan sesuatu secara mandiri. Sejak papa gak ada, mama lah yang membiayai semua kebutuhan keluarga. Namun, setelah mas Faiz kuliah, sambil kerja, barulah sedikit2 mas Faiz ikut membantu mencukupi kebutuhan kami.” Jelasku pada kakak iparku itu. Ia hanya mengangguk pelan. Hmmm,, Mas Faiz beruntung mendapatkan mbak Zila. Dia isteri yang baik, pengertian, dan sangat cantik. Dia juga tak banyak menuntut. Dulu ia kuliah jurusan Ilmu kesaasteraan. Dan dia sempat bekerja di salah satu PT penerbitan buku di bandung. Namun setelah menikah ia tak lagi bekerja disana, dan memfokuskan diri untuk mendidik anaknuya, meski begitu ia tetap Menulis demi mengisi waktu luangnya. Dan beberapa buku islami karyanya juga telah terbit dan telah terjual ditoko2 buku. UGhhh….. sungguh Bahagia aku punya mereka…@
 #################33
Malam itu, aku duduk termenung sambil mencoret2 buku harianku. Hmm,, aku jadi ingat kembali dengan Dosen barruku itu, Sudah 8 kali pertemuan untuk mata kuliahnya,, Kami juga udah ujian MID, dan Alhamdulillah, nilaiku tertinggi. aku sangat semangat mengikuti mata kuliah beliau… ‘mmm,, andai ajaa,,,,,,’ Hadduuh.. apa2an nih!! Kok jadi gini sih. Cukup sahabatku aja dah yang tergila2 padanya.
Untuk menenangkan hatiku, akupun menuliskan semua yang aku rasakan di dalam tiap lembaran buku diary ini. tentang kekagumanku dengan pak Azril dan tentang tingkah sahabatku yang aneh bin ngeselin akibat kedatangan dosen baru itu,, hingga ia selalu menolak untuk pulang bersama.
“Pokoknya Din,,, kalo Pak Azril ngajak nikah,, aku gak bakalan nolak dehh” ujar Nina dengan semangat saat kami tengah melangkah keruang kuliah beberapa hari yang lalu.
“hehe,, amin. Tapi apa iya bapak itu masi single?? Jangan2 da punya isteri lagi.” Ujarku, membuat wajah Nina berubah murung.
“Gak lagi Din,,, kemarin Virda pernah cerita.. katanya, banyak banget cew2 yang udah ditolak mentah2 ama dia.. dan alasannya Cuma karena dia gak mau PACARAN!”
“Ya iyalah Nina,,, ngapain juga pacaran kalo umur udah cukup buat nikah, nambah dosa aja. kalo aku perhatiin sih, sepertinya umurnya gak jauh beda ama Masku, sekitar 26 atau 27 gitu,,@”
“emang,,,”
“Kok kamu tau,,,??
“Ya tau lah Din,, aku kan ngefans banget ama dia.hhhehe. Dia juga ramah padaku. Pernah lho Din, aku pergokin dia lagi sholat Duha. Dia berdoa khusyuk banget,,, sampai terisak gitu,,, subhanallah ya…”
“Nina,, jangan terlalu berharap… nanti kamunya malah kecewa.” Nasehatku pada Nina. Dia tak menggubrisKU sama sekali.
‘Hmm,,, Nina kok bisa seakrab itu yah,, aku aja yang jelas2 dapat nilai tertinggi untuk mata kuliah dia gak pernah diramah tamahin. Malah jika tak sengaja berpapasan denganku, dia seperti tak mau menatap kearahku sama sekali meskipun aku sudah memasang senyuman termanisku..   ugh,, menyebalkan’ ucapku dalam hati.
Kututup buku diary ku ketika suara azan isya berkumandang. Akupun bergegas kekamar mandi untuk berwudhu. Usai sholat, kusisihkan waktuku untuk tilawah melanjutkan bacaan yang hampir mendekati jus 30. Akupun berniat menyelesaikannya. Selang beberapa saat, terdenganr dering ponselku. Hmm,,, ada sms masuk. Kuakhiri tilawahku lalu membuka sms. Dan teryata sms Dari mbak tiara murobiku (biasanya sering disebut mentoring),
From: mbak Tiara (081123342xx)
“Assalamualaikum,, dek bsok datang ke sekertariat LDK yah, jam setengah 3, ada rapat baksos ke panti Al husna desa surodadi. insyaAllah akan diadakan pembagian panitia.. Syukron”
“waalaikum salam. Iya mbak.  InsyaAllah bsok Dinda datang.” Kubalas sms mbak tiara. Lalu  kukirim sms untuk Nina.
“ASLam, Cin,,, bsok ada rapat.. Datang kan?? Ntar ku jemput… tapi abis rapat anterin aku servis motor ya’…” sms terkirim.
From: Nina sobatku. (085333887xx)
“siap bos… kutuggu dirumah ya..”

“BAKSOS DAN SURAT TILANG PAK POLISI”
Besoknya,, tepat jam 2 aku langsung berangkat kerumah sahabatku. Sesampainya disana, kamipun langsung menuju kekampus. Kuparkir sepeda motorku, lalu bergegas ke tempat rapat diadakan. Semua peserta rapat telah hadir,, akhi Rizki telah berdiri didepan membagi kepanitiaan. Hmm,, seperti biasa,, aku dan Nina kebagian seksi transportasi. Wah,, terpaksa deh minjam mobil mas Faiz lagi.. sama yang ini, udah yang ketiga kalinya aku terpilih jadi seksi transportasi untuk akhwat.
“Mbak,, kali ini baksosnya gabuangan yah??” tanyaku pada mbak tiara saat kami tengah melangkah untuk pulang stelah rapat usai.
“Iya Din,, jadi gak hanya dari kampus kita aja,, gabung dengan kampus lain juga.” Jawab mbak tiara yang ku balas dengan anggukan.
********************************
Pagi itu.. aku tengah bersiap2 untuk menghadiri acara BAKSO yang memang diadakan pada hari minggu. Aku melangkah kekamar mas Faiz untuk mengambil kunci mobil serta surat2nya.
“Din,, hati2 yah. Jangan ngebut lho. Kunci motormu cantolin aja dimotor. Bentar lagi mas mau berangakat.”
“Sipp,,, makasi ya mas.” Akupun melangkah keluar lalu berpamitan pada mama dan mbak Zila, serta keponakan kecilku. “sayang,,, jangan nakal Lho… te nda berangkat dulu. Doain acara Bakti sosialnya lancar yah…@” nina kecilku hanya mengangguk seolah2 paham dengan ucapanku. Akupun mencium tangan mama dan mbak Zila lalu beranjak pergi. 
Sesampainya dipanti, aku, nina dan para akhwat turun dari mobil dengan membawa beberapa kardus yang sudah diisi dengan beberapa potong pakaian muslim lengkap dengan jilbabya, mukena serta makanan. Dipanti sudah terlihat ramai, ternyata mereka yang dari kampus lain juga telah hadir.
Acara berjalan dengan lancar. Hmm,, Ternyata Ada untungnya juga kalau setiap acara baksos diaddakan gabuangan, yang jelas  bisa nambah2 temen. Apalagi si Nina.. dia paling semangat. Karena menurutnya, Inilah ajang pencarian jodoh,, huh..
“Din,, tadi liat gak ikhwan yang pake baju kemeja putih. suerr. cakep banget. Melebihi pak Azril lho Din. Kamu liat gak??” Tanya Nina saat kami tengah berjalan kearah mobil untuk pulang. Aku hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala. “huh,, matamu itu kok ya cerdas banget to Nin… kalau masalah ikhwan yang cakep aja,, pasti keliatan,,,@” ledekku sembari tersenyum. Ia terlihat cemberut tak berkomentar.
“Ih,,, gitu aja ngambek. Gak islami banget. Ikhwan yang mana lagi sih?? Tadi aku gak merhatiin Nin,,, aku kan sibuk membagikan jilbab ama anak2 panti. Jadi gak sempet ngelirik kearah ikhwan.” Jelasku. Wajah Nina kembali terlihat cerah. Lalu dengan cepat ia menanggapi.
“ahh,,, aku jelasin juga kamu gak bakalan tau. Tapi tadi dia ngelirik kearahmu terus lho Din. Jangan2 dia naksir kamu lagi. Huh,,”
“kalau dia naksir aku ya ndak apa2 lah Nin,,, aku da siap kok diajak Nikah…Heheh” kulihat nina kembali cemberut tanpa komentar.
Akupun tak menggubrisnya lagi,, karena memang, bagiku hal ini hanyalah sepintas angin lalu. Aku da biasa dengerin ocehan si Nina,, mengenai ikhwan inilah,,, ikhwan itulah. Huh,,, akhwat kok ya kerjaannya ngegosipin ikhwan mulu... Sekali lagi, gak islami banget .
Beberapa menit kemudian, kami udah sampai diparkiran yang memang jaraknya agak jau dari panti. kulihat para akhwat telah menunggu. Aku pun langsung memberi kode pada mereka agar masuk kemobil untuk pulang. Setelah semua masuk. giliran aku yang masuk,,, dan langsung menyalakan mesin mobil.
(Beberapa hari kemudian pasca BAKSOS)
Siang  itu aku harus pergi kekampus untuk menghadap KAJUR dan PA (Penasehat Akademik). Maklum, kami sebentar Lagi haeus menyiapkan diri untuk terjun langsung ke masyarakat. Ibaratnya kami dilatih untuk berkecimpung di masyarakat. Biasanya bahasa akademisnya disebut KKN (Kuliah Kerja Nyata) bukan (Kura-Kura Ninja) hehhe. sekitar pukul 3 kami harus sampai di Kampus,, akupun berangkat bersama Nina sahabatku tepat pukul 2. Sesampainya di persimpangan jalan,,, aku melihat sejumlah polisi tengah bertugas merazia pengendara motor. Aku kaget,,, karena takut lupa membawa dompet. Nina yang ddari tadi diam saja dibelakangku tiba2 saja cemas.
“Din,,, kamu bawa kan surat2 motornya?? Kalau ketilang,, sungguh Din aku gak punya Uang…” ujar nina penuh kecemasan. Aku hanya diam, lalu berhenti sebentar  dipinggir jalan untuk mengecek perlengkapan surat2 motorku. “Alhamdulillah bawa” batinku.
“tenang Cin,, aku bawa kok!!@”
Akupun menghidupkan kembali mesin motorku, lalu ku gas perlahan mendekati keramaian yang telah dipenuhi sejumlah remaja dan orang tua yang mungkin saja telah ditilang. Sesampainya disana, terlihat seorang polisi muda melambaikan tangannya sebagai isyarat agar kami menghadapnya. Ku gas motorku masih dengan perlahan lalu berhenti tepat ditepi jalan,, dan disana telah menunggu seorang polisi muda.
“Assalamu’alaikum mbak. Selamat pagi.!! Maaf menggangu sebentar. Bisa saya cek surat2 motornya??” ucap polisi itu tegas sembari menatapku.
‘hari gini ada polisi yang ngucapi salam,,,@perasaan jarang banget deh’ batinku.
Aku dan ninapun menjawab sapaanya serentak laku ku buka tas,dan lansung  mengeluarkan dompet untuk mengambil SIM dan STNK Milikku. Kuserahkan pada polisi itu. kulihat ia memeriksa identitas dalam surat itu secara seksama lalu menyerahkan kembali kepadaku. Dengan cepat aku mengambilnya,, karena kupikir hal ini hanya menghabiskan waktu ku saja. Aku takut KAJUR dan PA ku malah tak ada ditempat akibat kelambatan kami tiba dikampus. Baru saja aku mau menghidupkan motor,,  tiba2 ia berkata:
“maaf.. mbak tetap mendapat surat TILANG.”
Haaa,,, apa2an nih,,?
Lho,,, kok gitu pak?? Bukannya surrat2 saya lengkap??” ujarku dengan suara lantang. Namun ia hanya membalas dengan tersenyum. Huuhh,,, dasar.. kamu pikir bisa seenaknya aja.!!
“Iya,, memang surat2 anda lengkap. Kamipun tak akan menahan anda. Surat Tilang ini bisa anda bawa pulang dan pelajari dirumah. Dan setelah itu mohon ikuti peyunjuk yang tertera didalamnya. Baiklah itu saja mbak. Terimaksih dan maaf telah menggangu perjalanannya.” Terang polisi itu llalu beranjak pergi. Aku hanya bengong. Begitupula dengan Nina. Surat tilang berwrna biru itu langsung saja kumasukka kedalam tas lalu ku hidupkan motorku dan beranjak pergi. Kulirik  jam tanganku,, dan ternyata 15 menit lagi pukul 3. Astaghfirullah,,, bisa telat kalo kayak gini. Kugas motorku dengan kecepatan tinggi berharap bisa sampai kekampus tepat jam 3. Namun terkadang apa yang  kita rencanakan berbeda jauh dengan apa yang telaah direncanakan Allah. Ditengah perjalanan ternyata ban motorku bocor.. aku mengerutu didalam hati,, namun cepat kutenangkan pikiranku dengan banyak2 beristighfar,, dan Alhamdulillah,, dengan begitu aku tenang kembali. Kulihat nina hanya diam,, seolah menahan marah. “sabar Cin,, ni cobaan kita mau KKN… ambil hikmah dibalik kejadian menyakitkan ini!!” nasehatku 
peristiwa yang membuaat kekesalan hari ini membuatku tak selera menyantap makan malam.
"Din,,, kenapa?? kok gak makan?" tanya mama menatapku lekat.
"gak selera ma. tau gak ma,, Tadi siang Dinda gak sempat ketemu PA ama KAJUR ma,, kemungkinan besar Dinda dan Nina ikut KKNnya tahun depan." jawabku. mama dan mbak zila terlihat kaget.
"Lho,, kok bisa gak ketemu,, bukannya kalian udah janjian ama mereka???" tambah mbak Zila.
"iya sih,,, tapi tadi siang banyak aja halangan ditengah jalan... yang ditilanglah,,, yang ban motor bocor lah.. masyaAllah.... kalau ingat kejadian itu,, pengen teriak rasanya mbak. makanya, pas sampai kekampus PA dan KAJUR da pada pulang." jawabku kesal.
"lho,,, kamu ditilang Din?? surat2 motormu kan lengkap. kok ditilang? teriak mas Faiz dari kamarnya."aku hanya diam. tiba2 teriingat kembali olehku surat tilang yang kuterima dari polisi itu tadi siang. cepat kulangkahkan kaki kekamar berniat mengambilnya dan menunjukkan pada mas faiz. kubuka pintu kamarku lalu kuraih tas sandang yang kukenakan tadi siang.dan saat surat tilang itu ada ditanganku,, ternyata aku baru sadar,,, tentang bentuk surat tilang polisisebenarnya seperti apa,,?? apa benar pake amplop....?? kenapa rapi begini?? sebelum kuserahkan pada mas Faiz,, ku buka terlebih dahulu lalu berniat membaca tulisan2 yang tertera didalamnya..ku baca tiap kata yang terangkai indah dalam tulisan itu. masyaAllah,,, aku benar2 kaget.. apa2an ini??
inilah isi sepucuk surat tilang itu..



03-12-2011

Assalamu'alaikum dek Dinda,,, semoga saat Dinda membaca surat ini,, perlindungan dan kasih sayang Allah senantiasa menghampirimu,, amin Allahumma Amin.
Afwan ya... karena aku telah lancang menulis surat tilang Cinta ini padamu... 
aku menulis surat ini setelah pernah melihatmu saat BAKSOS beberapa waktu yang lalu. sengaja kupersiapkan surat ini jauh2 hari,, karena setiap malam aku selalu berharap dengan doa agar suatu hari nanti surat ini bisa langsung kusampaikan sendiri padamu.  dan Alhamdulillah,,, surat ini telah berada ditanganmu,,, dan aku sangat yakin bahwa semua ini telah diatur sedemikian rupa oleh Nya.
maaf kan aku, karena telah banyak tahu tentang kepribadianmu tanpa sedikitpun izin darimu.. 
namun,, semua ini kulakukan atas dorongan hati yang ingin dan telah siap untuk menyempurnakan separuh agama,, aku berniat tulus karena Allah ingin melamar Dinda.
bukan untuk main2 sedikitpun,,, ini adalah langkah awal keseriusanku padamu. jika Dinda berkenan,, maka akupun akan secepatnya datang membawa orang tuaku untuk menemui orang tuamu. 
oya,, Tiara adalan adek sepupuku yang satu kampus dan sekaligus mentoringmu. dia banyak tau tentangku,,, jika biodata dibawah ini belum memuasan hatimu,, Dinda boleh bertanya lansung padanya.
1. Nama : Dimaz Rahardian
2. Tempat/tanggal lahir : Bandung, 12 Januari 1988
3. Agama : Islam
4. Suku : Sunda
6. Status Perkawinan : Belum menikah
7. Pekerjaan : polisi
8. pangkat : Brigadir Dua (Bripda)
9. Anak ke/dari : 4 dari 5 bersaudara

sekiranya ada yang tidak berkenan,, katakan saja sejujurnya lewat Tiara. kutunggu balasanmu. 
wassalam..
 



Usai kubaca isi dari keseluruhan surat itu,,jantungku tak henti2nya terus berdetak. kurasa wajahkupun telah pucat pasi. 'ya Allah,,, apa yang harus hamba lakukan??" batinku. perasaanku benar2 tak karuan saat itu. bayangkan saja jika hal ini yang terjadi padamu... dilamar oleh seorang polisi yang samasekali tak kukenal,,, bahkan dia seberani ini?? dan yang lebih mengherankan lagi,, ternyata dia adalah sepupu mbak Tiara murobiku di pengajian. dan diapun telah tau banyak tentang kepribadianku melalui mbak tiara... 
sejujurnya,,, selama ini aku memang tak pernah bermimpi mempunyai pendamping hidup seorang polisi... entah mengapa,,, mungkin karena setiap teman2 kampusku curhat tentang pacar mereka yang polisi dan telah beristeri itulah yang membuatku ilfil jika berjodoh dengan seorang polisi. image polisi begitu buruk dimataku. tapi,,, apakah semua polisi begitu?? tapi,, kurasa tak ada salahnya juga jika aku berkenalan dulu dengannya,, dan itu bisa kulakukan melalui mbak Tiara.


###########
Dan,,, beberapa hari berikutnya tepatnya usai pengajian. aku dipanggil oleh mbak Tiara. akupun menemuinya,, karena aku memang sudah tak mampu menyimpan hal ini sendirian, ingin kutanyakan semua hal tentang polisi yang sama sekali tak kukenal itu..  aku belum memberi tahu siapapun, termasuk keluargaku dan juga sahabatku. 
"Dek,, afwan yah,, karena tak memberi tahumu lebih awal. tapi ini atas permintaan mas Dimas sendiri. dia ingin menyampaikan niatnya sendiri,,, meski harus menunggu lama. Sebanarnya mbak kurang setuju dengan caranya yang ingin menunggu mu dengan menyerahkan surat tilang,, karena mbak rasa itu hanyalah hal konyol yang gak akan mungkin terjadi. tapi,,, semua diluar dugaan mbak, mbak gak nyangka dia bisa semudah ini melakukannya. dan mungkin saja ini salah satu jalan yang diberikan Allah padanya. namun semua tetap atas keputusanmu. dia tak akan kecewa dengan keputusan Dinda,, apapun itu." ujar mbak Tiara panjang lebar, aku masih terdiam. kurasa tenggorokanku seolah sulit mengeluarkan kata2. tapi tetap kupaksa. aku harus tahu tentang polisi itu. namun belum sempat aku bertanya,, mbak Tiara langsung melanjutkan lagi kata2nya.
"Dia seorang polisi muda yang taat dek. untuk masalah agama,, Dinda jangan khawatir,, dia itu juga menjabat sebagai pengisi kerohanian. karena waktu SD sampai SMP dia tak mengenyam pendidikan di sekolah umum,, tapi di pesantren. setelah itu baru dia masuk kesekolah kepolisian. sejauh yang mbak tau,, dia memang blum pernah melakukan hal senekat ini,, karena dia memang tipe laki2 yang dingin dan cuek terhadap wanita. tapi semua itu bisa dengan mudah luluh saat dia melihat Dinda di panti ketika BAKSOS beberapa hari yang lalu. dia ikut BAKSOS,, karena diajak oelh teman2 dipengajiannya. diapun seorang Murobi dek. dia ingin menikah dengan Dinda secepatnya,sebelum berangkat keluar kota dan itupun jika Dinda menerima lamarannya." tambah Mbak Tiara. aku hanya tersenyum masih dengan diam seribu bahasa. kulihat mbak dian pun diam. terlihat jelas dia menunggu komentar dariku.
"Apa dia tak mau menunggu sampai Dinda tamat kuliah saja mbak?? sejujurnyya Dinda punya cita2 akan menikah setelah tamat kuliah,, agar konsentrasi Dinda tetap terjaga. banyak hal yang membuat Dinda agak ragu jika harus menikah namun kuliah belum usai." ujarku membuat mbak Tiara tersenyum. lalu iapun menanggapi nya.
"sesungguhnya apa yang Dinda takutkan memanglah suatu hal yang wajar,, secara implisit, syari'at memang menghendaki pihak yang hendak melakukan pernikahan adalah benar2 orang yang sudah siap mental, fisik, dan psikis serta dewasa dan paham akan arti sebuah pernikahan yang merupakan bagian dari ibadah. mbak rasa untuk hal2 yang seperti itu,,, Dinda sudah pasti lebih mengerti. coba tanyakan sekali lagi pada hatimu,, sudah siap atau belum??" jelas mbak Tiara sembari menatapku yang mungkin terlihat ragu. Tapi jika kupikir2 lagi,, sebenarnya apa yang membuatku belum siap...?? setahun lagi kuliahku juga kelar,, tak ada salahnya juga kan jika aku menerima ikhwan yang berprofesi sebagai polisi itu,, toh menurut cerita mbak Tiara,, agamanya mantab.
jika aku menolaknya tanpa alasan yang tepat,, tentu aku akan menyesal... karena belum tentu ada lagi pria yang akan melamarku seberani polisi muda ini. aku jadi teringat dengan sebuah riwayat,,
 "Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah ditanya oleh seorang pemudi, lalu beliau hafidzahullah menjawab:

“Apabila engkau tidak berhasrat untuk menikah dengan seseorang maka engkau tidaklah berdosa untuk menolak pinangannya, walaupun ia seorang laki-laki yang shalih. Karena pernikahan dibangun di atas pilihan untuk mencari pendamping hidup yang shalih disertai dengan kecenderungan hati terhadapnya. Namun bila engkau menolak dia dan tidak suka padanya karena perkara agamanya, sementara dia adalah seorang yang shalih dan berpegang teguh pada agama maka engkau berdosa dalam hal ini karena membenci seorang mukmin, padahal seorang mukmin harus dicintai karena Allah, dan engkau berdosa karena membenci keteguhannya dalam memegang agama ini. Akan tetapi baiknya agama laki-laki tersebut dan keridhaanmu akan keshalihannya tidaklah mengharuskanmu untuk menikah dengannya, selama tidak ada di hatimu kecenderungan terhadapnya. Wallahu a’lam” (Al Muntaqa min Fatawa Fadilatusy Syaikh Shalih Al Fauzan, 3/226-227, sebagaimana dinukil dalam Fatawa Al Mar’ah Al Muslimah, 2/706-707)
mengingat akan hal ini,,kata hatiku seolah semakin mantab...

Beberapa waktu berselang,, akupun menceritakan semuanya pada keluargaku. Kulihat, ibu hanya sedikit berkomenar,, dan menyerahkan semuanya padaku. sementara mas Faiz dan Mbak Zila menginginkan agar mas Dimaz dan Orang tuanya segera datang menemui kami untuk bersilaturahmi. 
Dan semuanya pun telah diatur,, 
tepat hari jUM'At,, usai sholat.. mas Dimaz dan orang tuanya datang kerumah. ku sms mbak Tiara agar ia ikut hadir,dan ternyata ia setuju. Tak lupa Nina sahabatkupun kuajak untuk melihat langsung calon pendmapingku itu. Aku masih terduduk diam di depan meja rias.. kupandangi wajahku. dan tiba2 terbesit tanya... apa benar aku telah siap menikah?? Mungkinkah ini sebuah garis takdirku sehingga KKN yang seharusnya kini tengah aku jalani malah batal akibat pristiwa kemarin??
Terlihat senyuman Nina sahabatku mengembang.. sembari berkata..
"aku teringat sesuatu Lho Din,,, waktu BAKSOS kemarin aku pernahkan menceritakan soal ikhwan yang cakep kan padamu?? yang selalu melirikmu,,, dan ternyata saat kuperhatikan secara seksama ikhwan itu mirip sekali dengan polisi yang pernah merazia kita.. dan IKHWAN itu ternyata seorang POLISI. subhanallah.....